Oleh: Sofyan Ariansyah dan Yudi Wili Tama

Hikmah yang pertama berbunyi:
من علامة الاعتماد على العمل نقصان الرجاء عند وجود الزلل
“Di antara tanda sikap mengandalkan amal ialah berkurangnya harapan (kepada Allah) ketika ada kesalahan. ”

Hikmah di atas mengajarkan kepada kita bahwa segala amal yang kita lakukan tidak menjamin kita akan masuk ke syurganya Allah, melainkan semuanya-termasuk syurganya Allah- tergantung kepada Ridho, Rahmat, Kemurahan, dan Karunia Allah kepada kita.

Hal tersebut sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:
لن يدخل احدكم الجنة عمله، قالوا: ولا أنت يا رسول الله؟ قال: ولا أنا إلا أن يتغمدني الله بزحمته
Ketika itu Rasulullah bersabda kepada para Sahabat:
“Tidaklah seorang pun dari kalian yang masuk surga disebabkan amalnya,
Sahabat bertanya: ‘termasuk engkau wahai rasulullah? ‘
Rasululullah menjawab: ‘iya termasuk aku, melainkan atas rahmat dari Allah”

Hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa amal yang kita lakukan tidak bisa diumpamakan seperti uang atau barang tebusan untuk masuk surga. Oleh karena itu hendaklah kita bersikap dan memperbaharui niat kita dalam melakukan setiap amalan untuk mendapatkan ridho Allah, bukan mengharapkan pahala dari yang kita perbuat.

Hal ini memiliki benang merah ketika kita bergantung kepada amal kita, namun ternyata amal kita lebih sedikit dibandingan dosa kita, maka akan menghilangkan pengharapan kita kepada Allah.

Sikap ini juga memiliki kaitan terhadap nilai dan aplikasi dari pada Akidah kita. Selaras dengan ini pengarang kitab Jawharotu at-tawhid berkata:
فإن يثبنا فبمحض الفضل # وإن يعذب فبمحض العدل
“Jika kita diberi pahala itu merupakan karunia Allah, namun jika kita diadzab itu merupakan keadilan dari Allah”

Nadzom di atas merupakan akidah yang wajib diyakini oleh setiap Muslim, dan ini juga merupakan jalan Aqidah Salaf as-Shalih.

Lebih jauh lagi, jika kita telah mengetahui status kita sebagai seorang hamba, maka kita telah mengetahui kewajiban kita yaitu menyembah Allah, tanpa berfikir apakah akan diperoleh pahala atau tidak. Kemudian ia memohon kepada Allah agar diberi Kebaikan dan Rahmat untuk masuk ke dalam surga-Nya, dan memohon perlindungan kepada-Nya dengan Kelembutan dan Kasih Sayang Allah dari siksa dan adzab neraka-Nya, dan ini merupakan sirah Rasululullah dalam setiap doanya.

Oleh karena itu perbaharuan niat dalam beribadah hanya kepada Allah, bukan untuk syurga, karena kita adalah hamba Allah bukan hamba syurga.

Sesuai dengan syair dari Rabi’ah al-‘Adawiyah:

اللهم إني ما عبدتك حين عبدتك طمعا في جنتك ولا خوفا من نارك، ولكني علمت أنك رب تستحق العبادة فعبدتك
“Ya Allah sungguh aku tidak menyembah-Mu ketika aku masih mengharapkan syurga dan takut akan neraka-Mu, sedangkan aku tahu bahwa Engkau adalah Rab yang berhak untuk disembah, maka aku menyembah-Mu. ”

Wallahu a’lam bisshowab

#Allahumma Sholli ‘ala Sayidina Muhammad
#Darussalam Bogor Indonesia